Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan: Jateng Defisit US$218,82 Juta

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah mencatat neraca perdagangan Jawa Tengah pada awal tahun ini mengalami defisit sebesar US$218,82 juta
Petugas beraktivitas di Terminal Kargo dan Pos Bandara Jenderal Ahmad Yani yang berada di lokasi baru seusai diresmikan, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (23/1/2019)./ANTARA-Aji Styawan
Petugas beraktivitas di Terminal Kargo dan Pos Bandara Jenderal Ahmad Yani yang berada di lokasi baru seusai diresmikan, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (23/1/2019)./ANTARA-Aji Styawan

Bisnis.com, SEMARANG—Badan Pusat Statistik Jawa Tengah mencatat neraca perdagangan Jawa Tengah pada awal tahun ini mengalami defisit sebesar US$218,82 juta.

Pertumbuhan ekspor sebesar 11,80% belum mampu mengimbangi nilai impor meskipun turun 4,95% dibandingkan Januari 2018.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jateng Arjuliwondo, mengungkapkan, impor sektor migas mencapai US$221,60 juta pada Januari 2019. Sementara itu, ekspor sektor migas hanya sebesar US$3,10 juta pada awal tahun ini.  

“[Nilai neraca perdagangan secara total yang defisit] Kita masih mengimpor minyak sebagian besar. Sekitar 30% masih mengimpor minyak,” kata Arjuliwondo di Semarang, Jumat (15/2/2019).

Saat ini, dia menjelaskan, hasil produksi minyak dari kilang Cilacap untuk keperluan pasar dalam negeri. Sementara itu, lanjutnya bahan bakar minyak mentah yang digunakan untuk produksi diimpor dari negara-negara seperti Arab Saudi dan Malaysia.

BPS Jateng mencatat, total nilai ekspor Jateng pada Januari tahun ini sebesar US$763,69 juta. Pencapaian tersebut lebih tinggi 11,8% dibandingkan ekspor pada periode yang sama tahun lalu, yakni US$683,07 juta.

Dalam struktur ekspor, pengapalan ke luar negeri sektor non migas tercatat memiliki kontribusi sebesar 99,59% dengan perincian industri pengolahan sebesar 95,19%, pertanian 4,17%, dan tambang 0,23%.

Adapun sektor migas, dalam data BPS, hanya berkontribusi sebesar 0,41% terhadap ekspor Jateng pada Januari 2019.

Secara keseluruhan, ekspor sektor industri pengolahan dan pertambangan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan pada Januari 2019 dibandingkan Januari 2018, yakni masing-masing tumbuh 15,55% dan 6,50%.

Adapun kinerja ekspor migas  dan pertanian pada Januari 2019 ini tercatat masing-masing lebih rendah 82,45% dan 7,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Berbeda dengan nilai ekspor yang menunjukkan peningkatan, BPS mencatat, nilai impor pada Januari 2019 tercatat lebih rendah 4,95% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni dari US$1,03 miliar menjadi US$982,51 juta pada Januari 2019.

Dari total impor sepanjang Januari 2019, impor non-migas mencapai US$760,91 juta atau sekitar 77,45% dari total impor. Nilai impor non-migas Jateng ini juga mengalami peningkatan 7,92% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Adapun share impor non-migas terbesar pada Januari 2019 adalah mesin-mesin atau pesawat mekanik senilai US$162,41 juta atau 16,53%. Kemudian, plastik dan barang dari plastik dengan nilai US$60,85 juta atau 6,19%.

Terkait dengan impor Jateng, struktur impor menurut penggunaan barang menunjukkan bahwa impor bahan baku atau penolong memiliki kontribusi terbesar 76,94%. Diikuti barang modal 15,92%, dan konsumsi 7,15%.

Impor barang modal pada awal tahun ini mengalami pertumbuhan 65,44% dibandingkan dengan Januari 2018. Sementara bahan baku atau penolong dan konsumsi masing-masing minus 10,37% dan 26,76%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper