Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tanaman Padi 300 Hektare di Purwokerto Terancam Puso

Kalau tidak segera dipanen, dapat dipastikan puso
Tanaman padi siap panen di Purworejo terendam banjir./Antara-dok Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo
Tanaman padi siap panen di Purworejo terendam banjir./Antara-dok Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo

Bisnis.com, PURWOKERTO - Sekitar 300 hektare tanaman padi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengalami kerusakan akibat cuaca buruk yang terjadi dalam beberapa hari terakhi.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat mengatakan tanaman padi yang terdampak cuaca tersebut tersebar di wilayah Tambak, Sumpiuh, dan Kemranjen itu tergenang .

"Kalau tidak segera dipanen, dapat dipastikan puso," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan petani di wilayah tersebut memiliki kebiasaan memanen padinya yang tergenang banjir dengan menggunakan perahu.

Akan tetapi, kata dia, hal itu hanya bisa dilakukan terhadap tanaman padi yang siap panen.

"Kalau tanaman padinya sudah tua dan tersentuh air, bisa berkecambah," kata dia menambahkan.

Lebih lanjut, Widarso mengatakan secara teori pada bulan April hingga September merupakan musim tanam pada musim kemarau akan tetapi ternyata hingga saat ini curah hujan masih cukup tinggi.

Padahal saat sekarang petani di Kabupaten Banyumas akan segera memasuki masa panen raya sehingga cuaca buruk yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir menjadi kendala karena dapat memengaruhi kualitas gabah hasil panen.

"Selain tergenang banjir, ada pula beberapa area persawahan yang tanaman padinya roboh akibat terjangan angin. Dampaknya juga sama (seperti tergenang banjir) karena kandungan airnya makin tinggi sehingga tidak memenuhi standar yang ditentukan oleh Bulog," katanya.

Dalam hal ini, kata dia, makin tinggi kadar air pada gabah akan berpengaruh terhadap penurunan harga.

Ia mengatakan agar kadar airnya memenuhi standar, petani harus mengeringkan gabahnya lebih dulu sebelum dijual ke Bulog sedangkan kondisi cuaca kurang mendukung proses pengeringan sehingga harus menggunakan alat pengering yang berdampak pada penambahan biaya bagi petani.

Bahkan di beberapa daerah luar Banyumas, ada petani yang gabahnya berkecambah karena proses pengeringannya tidak sempurna akibat tingginya curah hujan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

"Di Banyumas memang ada beberapa kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang sudah menerima bantuan alat pengering gabah, cuma baru beberapa unit. Bahkan ada yang satu kelompok cuma satu unit," tambahnya.

Ia mengatakan jika kondisi cuaca mendukung, petani bisa mengeringkan gabahnya di tempatnya sendiri tanpa harus dibawa ke tempat pengeringan dan setelah kering dapat disimpan atau dijual dengan harga sesuai dengan kriteria dari Bulog.

Terkait dengan harga gabah kering panen (GKP) di Banyumas, Widarso mengatakan jika saat sekarang harganya masih tergolong bagus karena mencapai kisaran Rp4.000 per kilogram atau di atas harga pembelian pemerintah (HPP) yang sebesar Rp.3.700 per kilogram.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper