Bisnis.com, SEMARANG - Realisasi investasi di Jawa Tengah hingga Kuartal I/2025 sudah mencapai Rp21,848 triliun. Jumlah tersebut menghasilkan 20.431 proyek dan mampu menyerap 97.550 orang tenaga kerja.
"Investasi ini betul-betul menjadi hal yang sangat luar biasa. Ini dalam rangka mengembangkan Jawa Tengah," ujar Ahmad Luthfi, Gubernur Jawa Tengah, saat menghadiri pembukaan Central Java Investment Business Forum (CJIBF) dan Puncak Kegiatan UMKM Gayeng 2025 di Kota Semarang, Senin (5/5/2025).
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa realisasi investasi pada Kuartal I/2025 didominasi oleh Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp21,848 triliun. Sementara itu, aktivitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berhasil dihimpun Jawa Tengah mencapai Rp7,26 triliun.
Dilihat dari sektornya, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) masih menjadi sektor unggulan bagi investor PMA di Jawa Tengah. Selain itu, ada pula sektor industri plastik dan karet yang tengah menjadi primadona. Untuk PMDN, sektor kawasan industri, perkantoran, serta sektor industri makanan mencatatkan realisasi investasi tertinggi.
Luthfi menyebut, gelaran CJIBF yang diselenggarakan di Kota Semarang itu menjadi bagian dari upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mempromosikan potensi investasi di wilayah tersebut. Kegiatan tersebut juga menjadi bukti konkret sinergitas antara pemerintah pusat, provinsi, dan daerah dalam mendorong pertumbuhan investasi dan perdagangan yang inklusif, berkelanjutan, dan berdampak langsung kepada masyarakat.
CJIBF sendiri tak hanya diisi oleh kegiatan business-to-business (B2B), tetapi juga ikut dimeriahkan dengan serangkaian kegiatan diskusi. "Beberapa perusahaan bahkan sudah agreement, tanda tangan kerja sama antar perusahaan dan antar wilayah. Bahkan antar negara. Dalam rangka mengembangkan investasi di Jawa Tengah," ucap Luthfi.
Selain menggelar kegiatan promosi seperti CJIBF, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga mengambil beberapa langkah strategis untuk menarik lebih banyak investor ke wilayah tersebut. Luthfi menyebut, Jawa Tengah siap untuk meningkatkan daya saing daerah, infrastruktur yang memadai, serta tenaga kerja yang kompetitif agar bisa mendatangkan arus investasi.
Lebih lanjut, infrastruktur yang ada di Jawa Tengah ikut memberikan keunggulan tersendiri. Terlebih dengan konektivitas Jawa Tengah yang terhubung dengan Tol Semarang-Demak, Tol Trans Jawa, serta keberadaan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan Tanjung Intan Cilacap.
Luthfi menjelaskan bahwa Jawa Tengah juga masih memiliki ketersediaan lahan kawasan industri yang memadai. Di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, masih ada lahan seluas 1.000 hektare (Ha), begitu pula di KEK Industropolis Batang dengan 4.300 Ha, Kawasan Industri Wijayakusuma di Kota Semarang dengan 250 Ha, Batang Industrial Park 287 Ha, serta Jatengland Industrial Park yang berada di Sayung, Kabupaten Demak seluas 300 Ha.
Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Jawa Tengah, menyebut masuknya arus investasi ke Jawa Tengah ikut berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Pada 2024, perekonomian Jawa Tengah berhasil tumbuh sebesar 4,95%. "Dimana investasi menjadi kontributor utama dengan pangsa pasar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 30,53% dan mencatatkan pertumbuhan 6,55%," jelasnya.