Bisnis.com, SEMARANG – Konsep bangunan multiguna (mixed-use building) alias superblok diperkirakan bakal diterima baik di Kota Semarang.
Christian Moniaga, Akademisi bidang Arsitektur dari Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang, menjelaskan superblok merupakan penggabungan dari beberapa fungsi dan menempati lahan yang besar.
"Kemudian biasanya di situ ada hunian, bisa dalam bentuk apartemen ataupun kondotel, karena memaksa jumlahnya yang banyak maka ditarik ke atas jadi bangunan high rise, jadi tidak landed. Fungsi lain yang biasanya ada yaitu mal, mungkin bisa juga digabungkan dengan perkantoran,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (14/4/2022).
Superblok tak melulu berbentuk bangunan pencakar langit. Dengan lahan yang luas, bangunan multiguna bisa juga dibentuk secara melebar. Langkah tersebut dilakukan untuk memanfaatkan lahan yang tersedia sebaik-baiknya.
Sesuai dengan konsep dasarnya, bangunan multiguna memiliki beberapa fasilitas kunci. Selain hunian, fasilitas perkantoran, tempat ibadah, serta hiburan menjadi keharusan bagi sebuah bangunan multiguna.
“Kalau anak zaman sekarang mungkin bilangnya healing, jadi membutuhkan waktu untuk rekonsiliasi dengan dirinya. Butuh istirahat. Jadi butuh tempat hiburan seperti mal, pusat perbelanjaan, bioskop, macam-macamlah,” tambahnya.
Baca Juga
Tak hanya fasilitas yang disebut di atas, Christian juga menyebut bahwa superblok setidaknya harus memiliki fasilitas kesehatan pratama. Hal tersebut untuk menunjang kebutuhan pelayanan medis bagi penghuni bangunan.
“Yang agak susah masuk itu sekolah, edukasi. Kalau perguruan tinggi, mungkin sudah ada, di Jakarta misalnya. Tetapi untuk pendidikan dasar, masih jarang yang masuk ke superblok,” jelasnya melalui sambungan telepon.
Bergantung Geliat Bisnis
Meskipun digadang-gadang memberi alternatif pola hunian baru, Christian menilai permintaan superblok di Kota Semarang masih belum terlalu besar. Alasannya, di pinggiran perkotaan, masih banyak perumahan konvensional yang dikembangkan.
“[Untuk menyelesaikan masalah hunian] pasti bisa. Tetapi harus kita lihat kota besarnya seperti apa. Kalau di Semarang, kita minggir sedikit ke daerah BSB (Bukit Semarang Baru) atau Banyumanik itu masih banyak sekali lahan untuk rumah biasa. Ketercapaian ke pusat kota juga tidak terlalu jauh, sehingga kebutuhan high rise estate itu masih kecil,” ucap Christian.
Aktivitas bisnis di Kota Semarang, menurut Christian, punya peran penting untuk mendorong permintaan hunian berbasis superblok tersebut. Sayangnya, di Kota Lumpia, aktivitas bisnis masih didominasi oleh sektor perdagangan. Sehingga, pebisnis dari luar kota ataupun luar negeri lebih banyak menghabiskan waktunya di Kawasan Industri.
“Maka dari itu, kebutuhan untuk apartemen masih rendah. Terbukti dari ekspatriat Korea atau India yang lebih memilih mengontrak rumah di perumahan besar Kota Semarang,” tambahnya.
Katalis yang bisa dijadikan harapan sebetulnya berasal dari Kabupaten Batang, terlebih jika pabrik-pabrik di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) bisa membangun kantor perwakilan di Ibu Kota Provinsi.
“Untuk investasi jangka 20 tahun ke depan mungkin bisa. Tetapi sekali lagi, perkantoran ini mau diletakkan dimana? Kalau Semarang dan sekitarnya cuma kawasan industri, mungkin demand untuk apartemen ini masih rendah. Beda cerita jika kantornya di Semarang, itu mungkin bisa jadi pendorong,” jelas Christian.
Pasokan Marak
Sementara di lapangan, sejumlah entitas usaha mulai menjajaki pola pengembangan superblok. Sebut saja apartemen Sentraland yang digarap oleh anak perusahaan Perum Perumnas, PT Propernas Griya Utama (PGU). Superblok tersebut memiliki kapasitas 354 unit apartemen serta 170 kondotel.
Di Semarang bagian atas, ada pula bangunan multiguna garapan perusahaan pelat merah PT PP Properti. The Alton Apartment berlokasi di Tembalang, tepat di muka kampus Universitas Diponegoro (Undip). Sesuai dengan lokasinya, superblok tersebut menyasar mahasiswa dari luar kota yang ingin ataupun sedang menempuh studi di Kota Semarang.
Vonny Tresno Santoso, CEO SR Land Properties. /Bisnis - M. Faisal Nur Ikhsan
Sri Ratu Group dengan anak perusahaannya, SR Land Properties, juga tak mau kalah. The Promenade Apartment jadi salah satu bagian dari proyek superblok yang kini tengah digarap. Lokasinya bertempat di Semarang bagian bawah, tepatnya di Jl. Pemuda No.35, Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.
Di lokasi tersebut, SR Land Properties sudah lebih dulu mendirikan sekaligus mengoperasikan Queen City Mall sebagai salah satu bisnisnya. Nantinya, bersama The Promenade Apartment, SR Land Properties bakal memperkenalkan proyek superblok pertamanya itu dengan sebutan Queen City.
“Ini benar-benar proyek besar perdana kami. Tetapi, kalau pengembangan mal, kerjasama developer, dan sebagainya. Saya sudah punya pengalaman 10 tahun lebih,” jelas Vonny Tresno Santoso, CEO SR Land Properties.
Vonny menyebut pemilihan Kota Semarang sebagai lokasi pengerjaan proyek Mixed-use Building bisa dibilang sebagai pertaruhan besar. Namun, anak dari bos Sri Ratu Group itu punya keyakinan tersendiri bahwa Kota Semarang bakal membawa cuan bagi bisnis keluarganya.
Penilaian Vonny diperkuat oleh peran Pemerintah Kota Semarang yang melakukan banyak perubahan di kota tersebut. Menurutnya, kini Kota Semarang sudah mulai dilirik oleh banyak investor dalam negeri.
Meskipun masih dalam tahap pengerjaan, Vonny mengungkapkan The Promenade Apartment telah sukses menjaring banyak pembeli. Dari 50 unit yang ditawarkan, 80 persen unit apartemen telah terjual kepada penghuni dari berbagai daerah.
“Mereka tahu Batang lagi bangun, Kendal berkembang, mereka invest. Mereka tahu pricing gak akan anjlok,” jelasnya kepada Bisnis.