Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BIEO 2025, Pertamina Siap Dukung Transisi Energi Sektor Industri Jateng

Kebutuhan bahan bakar industri diproyeksikan masih akan tumbuh. Minat pelaku usaha untuk menggunakan bahan bakar berbasis nabati diperk
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, SEMARANG - Fenomena perubahan iklim yang kian terasa dampaknya di berbagai sendi kehidupan ikut memengaruhi preferensi penggunaan bahan bakar di sektor industri.

Region Manager Corporate Sales PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Christina Agung Yuni Ardi, menyebut bahwa transisi energi fosil menjadi energi nabati bakal menjadi tren yang mulai terlihat pada 2025 kelak.

Perubahan preferensi penggunaan bahan bakar itu coba ditangkap oleh Pertamina. Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) campuran nabati terus dilakukan.

"Kadar nabatinya saat ini 35% dan pemerintah mungkin akan menaikkan sampai di kadar 40% atau biodiesel B40. Tahun ini kami sudah bekerja sama dengan KAI untuk melakukan uji coba penggunaan produk tersebut, diharapkan pada tahun 2025 sudah bisa digunakan. Kami masih menunggu kebijakan pemerintah," jelas Agung dalam Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 yang digelar di Kota Semarang pada Selasa (10/12/2024).

Selain solar, Agung menjelaskan bahwa sektor industri umumnya menggunakan BBM jenis minyak bakar atau fuel oil, baik High Sulphur Fuel Oil (HSFO) maupun Low Sulphur Fuel Oil (LSFO). Kedua jenis minyak bakar tersebut digunakan sebagai bahan bakar cadangan atau backup fuel ketika pasokan listrik atau gas untuk mesin turbin mengalami gangguan.

"Di kawasan, mereka tidak bisa memiliki stok minyak bakar tersebut dalam jumlah banyak. Karena harus melakukan efisiensi biaya. Rata-rata mereka menyiapkan untuk 2 hari, karena pasokan gas ini memang tidak stabil dan turbin mereka tidak boleh mati," jelas Agung.

Masalahnya, lanjut Agung, distribusi minyak bakar tersebut masih mengandalkan transportasi darat lantaran belum siapnya infrastruktur penunjang distribusi. Minyak bakar yang diturunkan di kilang pengolahan milik Pertamina di Cilacap mesti diangkut menggunakan truk-truk tangki BBM. Hal tersebut menjadi tantangan, terlebih di tengah masifnya pembangunan industri di wilayah utara Jawa Tengah.

"Mereka harus menggunakan fuel oil yang berasal dari Cilacap, sedangkan akses tol hanya ada di Pantai Utara. Ini perlu dukungan pemerintah daerah untuk bisa meningkatkan aksesibilitas dari wilayah selatan ke utara Jawa Tengah," tegas Agung.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper