Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemasaran Tenun Cepagan Batang Semakin Luas

Produk kerajinan alat tenun bukan mesin (ATBM) Desa Cepagan Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mampu menembus pasar luar Jawa seperti Bali dan Sulawesi.
Perajin memproduksi tenun di salah satu sentra Kampung Tenun, Desa Cepagan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (8/11/2018). Menurut perajin setempat, produksi tenun dengan menggunakan teknologi Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi sebanyak 8.000 lembar kain dalam sebulan dengan dijual Rp15.000-Rp30.000 per lembar yang dipasarkan ke Bali, Sulawesi, dan Kalimantan./Antara-Harviyan Perdana Putra
Perajin memproduksi tenun di salah satu sentra Kampung Tenun, Desa Cepagan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (8/11/2018). Menurut perajin setempat, produksi tenun dengan menggunakan teknologi Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tersebut mampu memproduksi sebanyak 8.000 lembar kain dalam sebulan dengan dijual Rp15.000-Rp30.000 per lembar yang dipasarkan ke Bali, Sulawesi, dan Kalimantan./Antara-Harviyan Perdana Putra

Bisnis.com, BATANG — Produk kerajinan alat tenun bukan mesin (ATBM) Desa Cepagan Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mampu menembus pasar luar Jawa seperti Bali dan Sulawesi.

Perajin ATBM di Batang, Kamis, mengatakan bahwa produk yang dihasilkan oleh perajin ATBM ini antara lain berupa sal, pasmina, dan kerudung.

"Para perajin ATBM ini mampu memproduksi 2.000 potong ATBM per minggu. Adapun pemasarannya, selain untuk memenuhi permintaan pasar di Pulau Jawa juga dipasarkan ke Bali dan Sulawesi," kata perajin ATBM Aidin, 40.

Kendati demikian, kata dia, prospek usaha yang bisa dikatakan cukup menjanjikan ini kurang diminati oleh masyarakat terutama usia remaja karena mereka memilih bekerja di Jakarta maupun pada perusahaan swasta.

"Kendala yang kami hadapi dalam usaha ATBM ini bukan faktor bahan baku namun tenaga kerja. Usaha ATBM ini tidak bergantung pada bahan impor sehingga cukup menjanjikan," katanya.

Menurut dia, harga kerajinan ATBM relatif cukup terjangkau dibeli oleh masyarakat sebagai bingkisan atau oleh-oleh.

"Kita mematok harga kerajinan ATBM hanya Rp15 ribu sampai Rp30 ribu tergantung jenisnya. Adapun omzet yang kami peroleh mampu mencapai Rp50 juta per bulan," katanya.

Bupati Batang Wihaji mengatakan wilayah Desa Cepagan, Kecamatan Warungasem merupakan sentral indutri kreatif alat tenun bukan mesin yang dilakukan secara tradisional dan sudah berlangsung puluhan tahun.

"Di wilayah desa ini, hampir semua masyarakatnya memproduksi sal, pasmina, dan kerudung. Oleh karena, kami menobatkan desa ini sebagai 'Kampung ATBM'," kata Wihaji saat mengunjungi sentra produksi ATBM di Desa Cepagan, Kamis (8/11/2018).

Ia mengapresiasi pada warga setempat yang tetap berkarya memproduksi ATBM di tengah persaingan bisnis yang ketat dengan menggunakan alat teknologi.

"Ini ekonomi kreatif yang luar biasa, dalam produksinya dilakukan secara tradisional dan tetap bertahan di tengah modernisasi peralatan, Oleh karena, kami mengapresiasi masyarakat yang telah 'nguri-nguri' (melestarikan) peninggalan nenek moyang," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper