Bisnis.com, SEMARANG - Industri mebel dan kerajinan di kawasan Semarang Raya tengah lesu.
Adapun, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) eskpor kayu dan barang dari kayu periode Januari - Juni mencapai US$496,18 juta pada 2018 lebih tinggi dibandingkan 2019 yang hanya US$442,69 juta, sehingga terjadi penurunan sebesar 10%.
Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Semarang Raya Junias Hidajat mengatakan, lesunya industri mebel disebabkan oleh aturan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu atau SVLK.
"Industri mebel di Semarang raya memang sedang lesu terjadi penurunan 10%. Salah satu penyebab utamanya yakni aturan SVLK yang dinilai menghambat pengusaha mebel untuk melakukan ekspor," kata Junias Hidajat Senin (26/8/2019).
Menurutnya, andil perang dagang antara China dan Amerika Serikat jadi salah satu penghambat. Untuk itu, pihaknya kini sedang mencari pasar baru seperti negara-negara di Benua Afrika.
Adanya gejolak politik di Indonesia pada semester pertama tahun ini menurut Junias tidak berpengaruh terhadap dunia bisnis khususnya industri mebel.
Baca Juga
"Gejolak politik tidak mempunyai peran signifikan terhadap lesunya industri mebel di negeri ini," tambahnya.
Sementara itu, Penasehat HIMKI Semarang Wiradadi Soeprayogo menuturkan, pihaknya akan mengadakan International Furniture Manufacturing Components (IFMAC 2019), di Jakarta International Expo (JIEXPO), Kemayoran Jakarta.
Kegiatan ini dengan tema Quality Manufacturing Needs For Indonesia's Rising Furniture Industry mulai dari 9 - 12 Oktober 2019.
“IFMAC berperan sebagai platform tepat bagi para pemain industri manufaktur furnitur untuk memperkuat pijakan mereka di industri furniture Indonesia yang semakin berkembang,” katanya.