Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi DIY 2022 dan Proyeksi 2023, Begini Kondisinya

Lapangan usaha industri makanan dan minuman yang mampu tumbuh di atas 20 persen secara year-on-year.
Pengendara melintas di kawasan Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Jumat (10/6/2021)./Antara-Hendra Nurdiyansyah
Pengendara melintas di kawasan Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Jumat (10/6/2021)./Antara-Hendra Nurdiyansyah

Bisnis.com, SEMARANG - Bauran aktivitas sejumlah sektor menjadi pendorong utama ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), beberapa di antaranya pariwisata, industri makanan dan minuman termasuk di dalamnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Dalam Laporan Perekonomian DI Yogyakarta yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada November 2022 kemarin, disebutkan bahwa pengendalian Covid-19, peningkatan mobilitas masyarakat, juga peningkatan permintaan domestik menjadi tiga faktor utama yang mampu mendorong pemulihan ekonomi di wilayah tersebut.

Peran vital sektor pariwisata terlihat dari besarnya pertumbuhan yang dicatatkan lapangan usaha penunjang pariwisata pada kuartal III/2022. Misalnya saja lapangan usaha industri makanan dan minuman yang mampu tumbuh di atas 20 persen secara year-on-year. Hal yang sama juga terjadi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dimana pertumbuhannya mencapai 20,22 persen (yoy).

Namun demikian, peningkatan kinerja perekonomian itu juga dibarengi dengan tantangan untuk menjinakkan angka inflasi. Dalam tiga kuartal berturut-turut, DI Yogyakarta mencatatkan tren lonjakan inflasi yang cukup mengkhawatirkan. Pada Kuartal I/2022 misalnya, inflasi tercatat di angka 2,95 persen (yoy). Pada kuartal berikutnya, angkanya melonjak hingga di 5,33 persen. Dalam laporan terakhir, pada Kuartal III/2022, angka inflasi di DI Yogyakarta mencapai 6,81 persen.

Budiharto Setyawan, Kepala Perwakilan BI DI Yogyakarta, menjelaskan bahwa inflasi pada bulan November 2022 disumbang oleh beberapa komoditas pengeluaran antara lain bensin, bahan bakar rumah tangga, angkutan udara, beras, dan biaya pendidikan tinggi.

"Tekanan inflasi Yogyakarta pada akhir tahun cenderung meningkat. Bersumber baik dari sisi permintaan dan penawaran. Perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) dan hari libur akhir tahun mengakibatkan tekanan sisi permintaan," jelas Budiharto dalam konferensi pers yang digelar awal pekan ini.

Adapun ketersediaan barang kebutuhan pangan di wilayah DI Yogyakarta jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) masih diklaim mencukupi. Stok beras masih di angka 4.114 ton, gula pasir 189.84 ton, minyak goreng 34.631 liter, dan tepung terigu mencapai 7.91 ton. Dalam pantauan harga yang dilakukan beberapa waktu lalu, selisih harga komoditas antar wilayah kabupaten dan kota di DI Yogyakarta dilaporkan masih belum signifikan.

Pada tahun 2023 mendatang, lonjakan inflasi diperkirakan masih akan terus berlanjut. Perbaikan rantai distribusi komoditas di tingkat global, menurut BI, berpeluang menimbulkan imported inflation yang mesti diwaspadai. Namun demikian, tantangan itu diikuti dengan peluang perbaikan permintaan domestik yang bakal memperkuat perekonomian DI Yogyakarta.

Secara umum, dengan mempertimbangkan peluang dan tantangan tersebut, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di wilayah DI Yogyakarta bisa mencapai 4,9-5,7 persen (yoy) di tahun 2022 ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper