Bisnis.com, SEMARANG — Konflik Israel-Hamas yang berkecamuk di Jalur Gaza berpotensi meluas dan akan berdampak ke negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno, menyebut kemungkinan terburuk dari terus memanasnya konflik di kawasan tersebut.
"Kalau Hamas dan Israel saja tidak masalah. Tapi kalau AS ikut, Inggris ikut, Rusia ikut, baru terjadi kenaikan crude [minyak mentah] itu minyak bumi akan naik. Bisa di atas US$100/barrel. Akibatnya ongkos transportasi dan ongkos manufaktur akan naik," jelas Benny, dikutip Kamis (26/10/2023).
Meskipun berdampak negatif pada biaya logistik internasional, namun Benny mengakui Indonesia bisa saja diuntungkan dari melonjaknya ongkos energi di tingkat global tersebut. "Kalau crude-nya naik, harga batu bara naik. Jadi ada opsi itu," jelasnya saat ditemui wartawan di Kota Semarang.
Sebagai informasi, konflik di Palestina kembali pecah pada 7 Oktober 2023. Serangan yang dilakukan kelompok radikal Hamas telah menyulut Israel yang lantas memblokade total Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina mencatat, konflik bersenjata itu telah menewaskan setidaknya 6.504 warga Palestina, dengan 19.000 orang lainnya luka-luka akibat serangan udara Israel.
Ade Siti Muksodah, Ketua GPEI DPD Jawa Tengah, menyebut eksportir Jawa Tengah mesti mengantisipasi perubahan geopolitik di tingkat global seperti yang terjadi di kawasan Timur Tengah tersebut. Selain hal tersebut, Ade juga menyebut pentingnya peningkatan produktivitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) demi memacu kinerja ekspor Jawa Tengah.
Baca Juga
"Penguatan pasar harus kita tekankan lagi. Eropa kita lihat turun. Amerika Serikat masih bisa [ekspor]. Tetapi yang jelas belum tergarap adalah afrika dan Timur Tengah, terutama yang sekarang mulai menggeliat di produk spice, kayu, Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang sampai sekarang masih jadi primadona," jelas Ade.
Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan geopolitik telah berdampak besar pada aktivitas perdagangan internasional. Konflik Rusia-Ukraina misalnya, telah mempengaruhi harga komoditas serealia serta harga bahan baku energi di kawasan Eropa.
Sementara itu, perang dagang antara China-AS telah merembet pada serangkaian kebijakan protektif yang dikeluarkan dua negara tersebut.