Bisnis.com, SEMARANG - Hasil panen tembakau di Kabupaten Temanggung pada tahun ini bisa berkisar di angka 10.000-11.000 ton.
Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Temanggung, Siyamin, saat dihubungi Bisnis pada Rabu (11/6/2025).
"Kalau total keseluruhan hasil panen di Temanggung itu sekitar 11.000 ton. Kalau Gudang Garam, itu biasanya menyerap sampai 7.000-8.000 ton. Separuhnya sendiri," jelas Siyamin melalui sambungan telepon.
Sayangnya, pada periode musim panen raya tahun lalu, perusahaan itu tidak melakukan pembelian bahan baku rokok.
Imbasnya, petani-petani tembakau di Temanggung mesti melepas hasil panennya ke pabrikan rokok golongan dua dengan harga yang lebih murah.
"Kemarin [Bupati Temanggung] kunjungan ke Kediri sampai hari ini, hasilnya belum dipastikan bahwa Kediri itu mau beli atau tidak," lanjut Siyamin.
Sebagai informasi, Bupati Temanggung Agus Setyawan melakukan kunjungan ke sejumlah perusahaan rokok di Jawa Tengah maupun Jawa Timur.
Dalam kunjungan itu, Bupati ikut menggandeng Komite Pertembakauan yang berisikan perwakilan pemerintah daerah dan masyarakat, termasuk APTI, untuk memastikan serapan tembakau di musim panen tahun ini.
Siyamin memberikan apresiasi atas inisiatif yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Temanggung tersebut. Namun demikian, inisiatif yang sama diharapkan juga dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun pemerintah pusat. "Karena hasil dari cukai itu kan sekian triliun, luar biasa," ujarnya.
Dalam kunjungannya ke PT Gudang Garam, Kota Kediri, Jawa Timur, Bupati Temanggung berharap agar perusahaan itu bakal membuka penyerapan tembakau dari Temanggung pada tahun ini.
“Kami tetap berharap, akan ada kabar baik dari PT Gudang Garam dalam beberapa pekan ke depan. Semoga kuota serapan pembelian tetap dibuka. Karena para petani telah mulai melakukan penanaman tembakau,” ujar Agus.
Sementara itu, Maksin Arisandi Wakil Direktur PT Gudang Garam, mengungkapkan bahwa hingga hari ini perusahaan masih menghadapi tantangan penurunan omzet penjualan. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan tarif pita cukai rokok yang berlangsung sejak tahun 2021.
Maksin sendiri menegaskan bahwa perusahaan tetap berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan industri dan kesejahteraan petani, namun tetap mengacu pada realitas pasar dan kepatuhan terhadap regulasi fiskal.
Baca Juga
"Kondisi saat ini sedang kurang baik. Kami selaku pihak swasta selalu menghitung masalah supply dan demand. Semua harus tetap berimbang,” ujarnya.