Bisnis.com, SEMARANG--Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah menilai gangguan iklim yang terjadi di Jawa Tengah tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman pangan dan holtikultura di Jawa Tengah.
Harga beras diperkirakan akan kembali meningkat hingga masa panen berikutnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Soekowardojo, mengungkapkan indikasi awal yang ditunjukkan adalah panen ke-1 padi musim tanam periode Oktober 2018 - Maret 2019 tidak mengalami penurunan produktivitas padi.
"Gangguan iklim ini diperkirakan relatif minimal/terbatas atau tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Tengah," kata Soekowardojo kepada Bisnis, Jumat (28/6/2019).
Namun demikian, dia melanjutkan terdapat pergeseran masa panen yang secara historis mengalami puncaknya pada periode Februari-Maret 2019.
Perkembangan harga beras mengalami penurunan dan relatif stabil pada periode Maret-Mei 2019.
Kondisi ini, lanjutnya menunjukkan bahwa pasokan produksi beras relatif aman.
Adapun harga beras diperkirakan akan kembali meningkat hingga masa panen berikutnya yaitu pada periode Agustus-September 2019.
Berdasarkan analisis iklim dan cuaca Prakiraan Musim Jawa Tengah yang dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) secara rutin bulanan, dia menambahkan curah hujan di Jawa Tengah maupun Pulau Jawa secara keseluruhan berpotensi mengalami penurunan.
Gejala ini disebabkan oleh fenomena El-Nino di ekuator samudera Pasifik, dengan anomali terpantau berkisar 0,81 atau termasuk kategori El-Nino lemah.
Prakiraan sifat hujan Juli 2019 wilayah Jawa Tengah pada umumnya berada pada kategori ‘Bawah Normal’ dibandingkan rerata historisnya, yakni berkisar antara 0 – 50 mm kecuali untuk sebagian besar wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Purbalingga.