Bisnis.com, SEMARANG—Badan Pusat Statistik merilis tingkat inflasi di Jawa Tengah pada November 2019 meningkat 2,79 persen year on year (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3 persen.
Tingkat inflasi Jateng terjaga salah satunya karena deflasi harga cabai.
BPS Jateng merilis angka inflasi nasional pada November 2019 sebesar 0,14 persen (month on month/ mom), 3 persen yoy, dan 2,37 persen sepanjang tahun berjalan (year to date).
Secara bulanan, inflasi di Jateng meningkat 0,2 persen mom, tahunan 2,79 persen yoy, dan inflasi tahun kalender 2,35 persen ytd.
Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono menyampaikan dari inflasi sebesar 2,79 persen yoy, inflasi tertinggi terjadi di bahan makanan sebesar 5,2 persen. Adapun, inflasi terendah berasal dari transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,97 persen.
“Kenaikan bahan makanan ini yang perlu diantisipasi, agar ke depannya tidak menyebabkan inflasi yang lebih tinggi. Harapannya inflasi tetap terjaga di bawah 3 persen,” ujarnya, Senin (2/12/2019).
Adapun, komoditas yang menjadi penyumbang inflasi utama di Jateng pada November 2019 ialah bawang merah, telur ayam ras, daging ayam ras, rokok kretek filter, dan jeruk.
Sebaliknya, komoditas penyumbang deflasi terbesar ialah cabai merah, cabai rawit, cabe hijau, apel, dan pisang. Menurut Sentot, tampaknya harga cabai sudah tidak ‘sepedas’ sebelumnya.
“Harga cabai yang tidak begitu pedas membuat inflasi terjaga,” imbuhnya.
Dua kota/kabupaten yang memiliki inflasi tertinggi, bahkan di atas level nasional sebesar 3 persen, adalah Kudus dengan inflasi 3,26 persen yoy dan Surakarta 3,03 persen yoy.