Bisnis.com, YOGYAKARTA - Perkembangan kasus Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta dikatahui masih cukup tinggi.
Karena kondisi tersebut, pemerintah menetapkan status PPKM di DIY masuk level 3 dan belum dicabut hingga saat ini.
Berdasarkan pantauan Bisnis di situs corona.jogjaprov.go.id, total suspek kumulatif hingga sekarang tercatat mencapai 90.602 sedangkan total sampel yang sudah dilakukan pemeriksaan sebanyak 2.018.361.
Tingginya kasus Covid-19 itu juga mendorong adanya wacana memberikan vaksin booster untuk anak-anak. Sebab, dari total kasus tersebut tercatat ada sebanyak 34.200 anak di DIY terpapar Covid-19 selama pandemi berlangsung.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengaku telah diingatkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait dengan tingginya kasus Covid-19 pada anak-anak.
Baca Juga
“Data Covid-19 sampai 13 Februari ini usia anak usia 0-20 tahun. Untuk kategori 0-10 ada 13.429 kasus, kemudian usia 11-20 itu total ada 20.802 kasus. Itu akumulasi dari awal sampai akhir atau sejak awal pandemi. Dokter spesialis anak juga mengingatkan kasus anak makin tinggi,” katanya dikutip dari Harian Jogja, Senin (14/2).
Pembajun menambahkan ada sejumlah masukan dari masyarakat tentang pentingnya anak diberikan booster atau vaksinasi ketiga. Dinkes DIY akan meminta rekomendasi kepada IDAI serta melakukan evaluasi terkait masukan tersebut.
Saat ini, katanya, vaksinasi anak dosis pertama telah mencapai di atas 90%.
“Kami akan minta rekomendasi IDAI, kalau booster mari kita lakukan. Dosis pertama lebih dari 90 persen,” ujarnya.
Pasien anak sebagian besar diarahkan untuk isoman karena dengan kondisi ringan.
“Tetapi biasanya anak kalau sudah kena tidak mungkin orangtua melepas, walaupun di sana ada perawat ada dokter tetap mungkin anak lebih nyaman dengan orang tuanya,” katanya.
Pembajun menambahkan saat ini terjadi kelangkaan reagen untuk pemeriksaan laboratorium berdasarkan PCR S-Gene Target Failure (SGTF) dan Whole Genome Sequencing (WGS).
“Sekarang yang jadi masalah reagen di pasaran itu langka, karena banyak permintaan. Untuk reagen WGS dan SGTF ini mulai langka,” katanya.
Selain Omicron, untuk DIY, Varian Delta juga diwaspadai karena pada hasil WGS beberapa waktu lalu masih ditemukan sekitar 17% positif Delta.
“Iya [cepat penyebaran], teman-teman bisa pirso [lihat] datanya bikin deg-degan positif [sehari] seribu, sekarang berdoa semoga tidak sampai seribu, walaupun tidak bergejala. Semoga kasusnya tidak memenuhi bed RS, kita terus berikan edukasi. Sekarang maskeran masih ada yang tidak mau pakai. Walaupun Omicron dengan data yang banyak kasus banyak ringan, jangan lupa Delta masih ada,” katanya.