Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Solo Raya Tingkatkan Upaya Penurunan Prevalensi Tengkes

Sebanyak 1 dari 5 balita di Kabupaten Klaten mengalami tengkes/kerdil.
Ilustrasi resep susu kurma./flavcity
Ilustrasi resep susu kurma./flavcity

Bisnis.com, SEMARANG - Stunting atau tengkes masih jadi persoalan yang dihadapi Jawa Tengah. Gangguan pertumbuhan pada anak tersebut tak cuma berdampak pada indikator kesehatan di Jawa Tengah, lebih lanjut, persoalan tengkes juga ikut menekan kinerja pengentasan kemiskinan ekstrem di wilayah tersebut.

Adapun prevalensi tengkes di Wilayah Solo Raya yang terdiri dari Kota Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten (Subosukawonosraten), berada di rentang 3-17 persen.

Kabupaten Klaten menjadi wilayah dengan prevalensi tengkes terbesar, dimana angkanya mencapai 17,61 persen. Artinya, 1 dari 5 balita di wilayah tersebut mengalami tengkes. Lebih lanjut, Kabupaten Karanganyar menjadi wilayah dengan tingkat prevalensi terendah di 3,98 persen.

Dalam kunjungannya di Sulawesi Tenggara pada Februari lalu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, menyebut bahwa pemerintah daerah bisa memanfaatkan dana desa dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) buat mengatasi persoalan kemiskinan ekstrem.

Adapun pemanfaatan dana desa sendiri diprioritaskan untuk tiga program, yaitu ketahanan pangan, kemiskinan ekstrem, dan penurunan penderita tengkes.

Dalam Musyawarah Rencana Pembangunan Wilayah (Musrenbangwil) wilayah Subosukawonosraten yang digelar pada Senin (13/3/2023), Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati, menyampaikan bahwa pada tahun 2022 lalu Kabupaten Sragen telah menganggarkan Rp96,6 miliar dana desa buat penanganan tengkes. Selain dana desa, APBD serta Bantuan Operasional Keluarga Berencana juga dimanfaatkan buat mendukung upaya penurunan angka tengkes di Kabupaten Sragen.

Di Kabupaten Boyolali, pemerintah daerah berupaya untuk menurunkan prevalensi tengkes secara gradual. Pada tahun 2022 lalu, target penurunan tengkes berada di 14 persen. Adapun pada tahun 2023 dan 2024 mendatang, targetnya masing-masing berada di 13 dan 12 persen. Harapannya, pada 2025 mendatang, prevalensi balita tengkes di Kabupaten Boyolali bisa berada di angka 15 persen.

M Said Hidayat, Bupati Boyolali, menyebut sejumlah upaya yang telah dilakukan buat mengatasi tengkes. Upaya itu tak cuma dilakukan kepada anak dan orangtua, lebih lanjut, penanganan tengkes juga ikut menyentuh remaja putri, calon pengantin, ibu hamil dan menyusui, bayi, balita, hingga kader kesehatan di wilayah tersebut.

"Urusan kesehatan dan sebagainya, di Kabupaten Boyolali ini kami juga memperhatikan, karena semua kami ajak bekerja, memikirkan, ojo ono sing kether (jangan ada yang tidak tergarap)," kata Bupati Boyolali.

Upaya serupa juga dilakukan Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Bahkan, wilayah tersebut menargetkan zero stunting pada 2024 mendatang. Salah satu upaya untuk merealisasikan target itu adalah dengan mendorong pemberian ASI eksklusif pada bayi, peningkatan pemenuhan akses air minum layak, juga memberikan bantuan pada pasangan usia subur dengan status miskin dan penyandang masalah kesejahteraan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper