Bisnis.com, SEMARANG - Bisnis oleh-oleh di Jawa Tengah, khususnya di wilayah Semarang Raya, tampaknya masih berumur panjang.
Meskipun mega proyek infrastruktur Tol Trans Jawa telah mengaburkan batasan wilayah, namun bagi penikmat kuliner nusantara, berburu makanan khas di tiap daerah masih menjadi kegiatan wajib yang dilakukan ketika singgah di wilayah Jawa Tengah.
Di Kabupaten Semarang, tepatnya di Jalan Slamet Riyadi, Genuk, Kecamatan Ungaran Barat, berdiri satu pusat oleh-oleh yang punya keunikan tersendiri.
Gerai bernama Papa Singkong menawarkan olahan gethuk bakar khas Semarang dengan aneka topping. Mulai keju, cokelat, tiramisu, taro, juga taburan biji wijen. Usaha tersebut dirintis oleh Chasna Santoso.
Bermodal keberanian dan keyakinan dalam memulai bisnis, Chasna berhasil mengembangkan dan mempertahankan usahanya hingga 10 tahun lebih.
Baca Juga
"Ini dulu dimulai dengan modal seadanya. Produk pertama kami adalah minuman, kemudian berkembang terus. Bertemu Bank Jateng, lalu kami tambah produknya sehingga menjadi toko oleh-oleh seperti ini," ucap perempuan itu saat ditemui Bisnis.
Chasna merintis Papa Singkong seorang diri. Mulai proses produksi, pemasaran, hingga penjualan ditanganinya secara langsung. Namun demikian, pada perkembangannya, Chasna mulai menawarkan program kemitraan dengan skema waralaba atau franchise kepada calon investor.
Ide tersebut muncul setelah mengikuti berbagai program pelatihan dan pembinaan dari berbagai pihak, dari pemerintah hingga perbankan.
"Sementara ini memang kemitraan kami baru mencakup wilayah Kota Semarang dan sekitarnya. Dulu ada lebih banyak mitra, tetapi karena Covid-19, banyak mitra kami di tempat-tempat wisata itu tutup. Alhamdulillah di Ungaran masih bisa tetap berdiri karena berada persis di jalan besar. Jadi tidak terpengaruh penutupan jalan dan macam-macam," ungkap Chasna.
Dari gerai oleh-oleh sederhana, kini Papa Singkong mulai menjangkau lebih banyak pembeli. Chasna membutuhkan sekitar 1.000 Kg singkong mentah sebagai bahan baku.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perempuan itu ikut menggandeng petani lokal di sekitaran Ungaran. Tak hanya singkong, Chasna juga menerima berbagai rempah, sayur, hingga buah-buahan lokal hasil panen petani.
Bahan-bahan tersebut coba diolahnya ke dalam bentuk berbagai macam produk.
"Kami ingin memiliki ciri khas dan mampu mengangkat nama daerah. Makanya, semua bahan baku menggunakan hasil pertanian lokal. Jadi kalau ada masalah impor, kami sama sekali tidak terganggu," jelas Chasna.
Program kemitraan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbukti mampu membekali pengusaha seperti Chasna dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Selain membuka peluang bisnis dengan memperkenalkan model waralaba, pelaku UMKM juga didorong untuk meningkatkan daya saingnya dengan memperbaiki kualitas produk dan layanannya.
Chasna betul-betul menerapkan ilmu yang diterimanya dari program kemitraan tersebut. Kini, urusan kualitas jadi masalah yang tak bisa dianggap sepele olehnya.
Chasna berusaha untuk memastikan kualitas bahan baku, proses produksi, pemasaran, hingga penjualan ke konsumen dapat berlangsung dengan baik. Maka tak mengherankan apabila perempuan itu kerap menerima pesanan hingga komplain dari pelanggan.
"Supaya bisa langsung ditanggapi dan diperbaiki. Itu yang membuat pelanggan kami puas," lanjutnya.
Tak heran apabila Papa Singkong berhasil menerima beragam penghargaan dari berbagai pihak. Mulai Pangan Award yang diberikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, hingga penghargaan Food Startup yang diterimanya di Kota Surabaya pada 2019 silam.
Meskipun telah mengantongi sederet penghargaan, Chasna nampaknya masih belum puas. Perempuan itu masih punya segudang rencana untuk semakin mengembangkan usahanya di kemudian hari.
"Supaya tidak hanya sebagai pusat penjualan oleh-oleh khas Semarang, tetapi juga mampu untuk menjadi industri pengolahan produk pertanian yang unggul," pungkasnya.