Bisnis.com, SEMARANG - Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada Kuartal III/2024 berada di angka 4,93% (year-on-year/yoy).
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro FX Sugiyanto menyebut kinerja tersebut dipengaruhi oleh siklus anggaran dari pemerintah.
"Sekarang bisa rendah, tetapi besok bisa tinggi," ucapnya saat dihubungi Bisnis pada Kamis (7/11/2024).
Sugiyanto mengungkapkan bahwa secara tahunan Jawa Tengah bisa saja mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Hitungan angka itu didasarkan oleh data historis dan kondisi perekonomian yang stabil, tanpa resesi seperti yang terjadi pada tahun 2021.
Sayangnya, Jawa Tengah mengalami fenomena 'kebocoran ekonomi' yang disebabkan oleh sistem birokrasi yang tidak bersih dan boros. "Saya tidak mengatakan korupsi, tetapi bocor dalam bentuk alokasi anggaran yang tidak tepat," tegas Sugiyanto.
Kebocoran ekonomi itu terlihat dari alokasi anggaran, waktu, serta perencanaan yang tidak tepat. Sugiyanto menuturkan bahwa penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk perjalanan dinas ketimbang aktivitas ekonomi menjadi contoh dari alokasi anggaran yang tidak tepat. Selain itu, proses lelang yang lambat dan tidak sesuai dengan rencana pembangunan juga menjadi contoh dari buruknya alokasi waktu pemerintah.
Baca Juga
"Dalam perencanaan, program yang dijalankan itu kurang tepat sasaran dan kadang-kadang terjadi manipulasi kegiatan," tambahnya.
Sugiyanto menyebut bahwa perbaikan birokrasi menjadi salah satu langkah yang perlu diambil Pemerintah Provinsi Jawa Tengah demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara jangka panjang.
"Dengan anggaran yang ada, kapasitas yang ada, tanpa harus kerja keras [perekonomian] kita bisa tumbuh 5,5-6% per tahun. Tetapi sayangnya, pemborosan perekonomian ini menghambat pertumbuhan kita," ujarnya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada Kuartal III/2024 atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp459.046,35 miliar dan atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 mencapai Rp291.550,89 miliar.
Secara year-on-year, lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,23%. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, kenaikan tertinggi dicatat oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) yaitu sebesar 16,29%.
Sektor manufaktur masih menjadi tulang punggung perekonomian Jawa Tengah. Tercatat, kontribusi lapangan usaha tersebut mencapai 33,31% bagi PDRB Jawa Tengah. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi tertinggi dengan 61,18%.