Bisnis.com, JAKARTA - Pengaruh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) disebut sudah mulai melemah setelah Pilpres 2024.
Pasangan calon (paslon) yang diusung PDIP di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 memiliki basis suara yang cukup sepi.
Hal tersebut berbeda dengan paslon-paslon yang mendapat endorse dari mantan presiden Joko Widodo, seperti cawali-cawawali Solo Respati Ardi-Astrid Widayani.
Dari hasil hitung suara yang dirilis oleh Bawaslu Kota Solo, pasangan tersebut menang telak di lima kecamatan.
Dilansir dari Espos, saat proses hitung riil di Kantor Bawaslu hingga pukul 20.21 WIB dengan total suara masuk dari 848 tempat pemungutan suara (TPS) atau 99,07% dari total 856 TPS, pasangan calon nomor urut 1, Teguh Prakosa-Bambang Gage Nugroho, memperoleh 120.174 suara (39,48%).
Pasangan Respati-Astrid unggul di seluruh kecamatan, dengan Banjarsari sebagai penyumbang suara terbanyak.
Baca Juga
Dari 157.789 suara sah dengan tingkat partisipasi 38,10%, Respati-Astrid meraih 96.519 suara (60,92%), sementara Teguh-Bambang mendapatkan 61.915 suara (39,08%).
Meskipun begitu, pengaruh PDIP belum sepenuhnya luntur di wilayah lain misalnya Karanganyar.
Berdasarkan hasil yang dirilis oleh DPC PDIP Karanganyar, pasangan Rober-Christianto-Adhe Eliana berhasil mengungguli Ilyas Akbar Almadani-Tri Haryadi.
Paslon usungan PDIP tersebut mendapat total suara 59,71% yang mengalahkan lawannya yang mendapat 40,29%.
Kemudian di Klaten, pasangan Hamenang Wajar Ismoyo-Benny Indra Ardhianto berhasil mengalahkan dua lawannya.
Hamenang-Benny mendapat total suara 53,92% berdasarkan hasil quick count yang dirilis oleh Pemkab Klaten dengan data masuk 56,86%.
Di Sragen, pasangan usungan PDIP Untung Wibowo Sukowati-Suwardi juga berhasil menang dengan total perolehan suara 56,66%.
Paslon tersebut mengalahkan Sigit Pamungkas-Suroto yang mendapat 43,34% berdasarkan data yang diunggah oleh Diskominfo Sragen.
Meskipun belum sepenuhnya meredup, namun Psikolog Politik UNS Solo Moh Abdul Hakim mengatakan pengaruh PDIP sudah mulai melemah.
Ia mengatakan pengaruh politik kini mulai bergeser dari PDIP menuju ke arah Joko Widodo atau Jokowi. Hal ini, menurutnya, disebabkan karena kepercayaan orang Jawa.
Secara psikologis masyarakat Jawa masih memimpikan pemimpin yang dekat dengan wong cilik serta memiliki sifat kebapakan.
“Orang Jawa itu kan masih menyukai pemimpin yang memiliki sifat kebapakan,” katanya pada Rabu (27/11) dikutip dari Espos.
10 tahun terakhir kepemimpinan Jokowi tersemat di masyarakat Jawa bahwa ia adalah sosok yang dekat dan merakyat.
Jokowi effect ini berhasil memenangi hati publik dan berpengaruh terhadap paslon yang dekat dan mendapat dukungan darinya.
“Sekarang ini di Jawa Tengah harus diakui bukan lagi kandang banteng, sudah tidak lagi angker seperti dulu,” kata Hakim.