Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eksportir Prediksi Manufaktur Jateng Tumbuh Positif pada 2025

Deregulasi serta kemudahan pembiayaan untuk aktivitas ekspor menjadi langkah penting untuk mengungkit kinerja perdagangan luar negeri.
Salah satu fasilitas produksi industri makanan dan minuman./Istimewa-Kemenperin.
Salah satu fasilitas produksi industri makanan dan minuman./Istimewa-Kemenperin.

Bisnis.com, SEMARANG - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno, menyebut sektor manufaktur Jawa Tengah masih akan mengambil peran besar dalam struktur perekonomian wilayah tersebut.

"Khususnya untuk sektor padat karya seperti tekstil, sepatu yang banyak ada di sini, rokok, lalu fitofarmasi dan furniture. Jawa Tengah kuat di sana," ucapnya usai menghadiri pembukaan Rapat Kerja dan Musyawarah Kerja GPEI di Kota Semarang, Senin (9/12/2024).

Promosi investasi menjadi salah satu langkah yang mesti digencarkan untuk mendorong kinerja sektor manufaktur yang lebih baik. Menurut Benny, dengan cara itu efek berganda dari pertumbuhan sektor manufaktur bakal terasa.

Benny menyebut bahwa Jawa Tengah juga mesti memperbaiki infrastruktur penunjang industri, seperti pelabuhan, demi kelancaran arus barang. "Manufaktur akan menyerap tenaga kerja, itu juga akan menaikkan pajak. Daya beli juga bisa naik. Dengan rumus pertumbuhan ekonomi, itu semua berpengaruh. Barulah ekspor-impor masuk untuk memperkuat," jelas Benny.

Terkait aktivitas ekspor, Benny menyampaikan bahwa ada dua hal yang mesti mendapat perhatian serius. Pertama, terkait ketentuan ekspor-impor yang hari ini dirasa saling tumpang tindih.

Eksportir kerap mengalami penundaan pengiriman lantaran proses pemeriksaan barang yang dianggap menyalahi ketentuan. "Padahal itu memakan waktu dan untuk kegiatan ekspor, begitu ada delay pasti akan dibatalkan pesanannya," ucap Benny.

Untuk itu, Benny mendorong pelonggaran atau deregulasi untuk kegiatan ekspor-impor. Dalam hal ini, UU Cipta Kerja dapat menjadi kerangka kebijakan yang mestinya dapat diimplementasikan di tingkat kementerian teknis, regulator, dan operator. "Ini masih belum selesai, jadi regulasinya masih berbenturan," imbuhnya.

Penyaluran pembiayaan untuk aktivitas ekspor juga perlu untuk digencarkan. Dalam hal ini, Benny mengungkapkan bahwa eksportir dalam negeri banyak yang memanfaatkan fasilitas pembiayaan dari bank-bank luar negeri lantaran minimnya fasilitas serupa di dalam negeri.

"Bank dalam negeri belum terlalu banyak. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) itu belum cukup, ditambah lagi kemarin mereka mengalami masalah yang harus diselesaikan," pungkas Benny.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper