Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Elektroplating Cemari Teluk Semarang

Industri galvanisasi dan pengolahan besi menjadi kontributor cemaran logam berat di Teluk Semarang. Industri tekstil berada di urutan kedua.
Aktivitas bongkar muat di pelabuhan Semarang, Jawa Tengah./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.
Aktivitas bongkar muat di pelabuhan Semarang, Jawa Tengah./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.

Bisnis.com, SEMARANG — Peneliti dari Yayasan Amerta Air Indonesia bersama Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah mengungkapkan hasil penelitian terkait temuan pencemaran logam berat di Teluk Semarang.

Penelitian tersebut merangkum 21 artikel, studi arsip, serta kerja lapangan dan dipublikasikan pada akhir 2024. Hasilnya, 9 logam berat dengan kandungan yang beragam ditemukan di Teluk Semarang.

Temuan tersebut dikonfirmasi oleh Ganjar Samudro, Pakar Teknologi Pengolahan Air dari Departemen Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro (Undip). Ganjar tidak terafiliasi dengan kelompok peneliti dari Yayasan Amerta Air Indonesia dan Walhi Jawa Tengah, namun, temuan cemaran logam berat dikonfirmasi oleh penelitian berbeda yang pernah dilakukan Ganjar.

"Pengalaman saya, kalau di lapangan itu cemaran logam berat di Semarang kontributor terbesarnya adalah industri. Spesifikasinya adalah industri elektroplating, satu galvanisasi sama pengolahan besi," jelas Ganjar, dikutip Senin (13/1/2025).

Ganjar menjelaskan bahwa selain industri elektroplating, pencemaran muara perairan Semarang juga dilakukan oleh sektor industri tekstil. Selain itu, aktivitas masyarakat juga ikut berkontribusi, utamanya dari limbah cair domestik. Namun demikian, cemarannya tak sebesar limbah cair industri.

"Di muara, khususnya di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, itu ada aktivitas bongkar muat. Sebagian kapal laut kita masih menggunakan cat yang punya kandungan timbal. Sementara kadmium, itu paling banyak dari industri pelapisan logam dan galvanisasi," jelas Ganjar.

Ganjar menjelaskan bahwa cemaran logam berat tersebut berasal dari industri di sekitar perairan Semarang dengan radius kurang lebih 100 meter. Hal tersebut disebabkan oleh sifat logam berat yang immobilized dan tidak mudah terlarut dalam air. Bahan kimia berbahaya justru mudah terserap pada media terdekat seperti sedimen atau organisme laut.

"Dia bisa terlarut dengan kondisi ph asam, itu bisa dicek di radius 3 km. Saya melihat, di muara semarang, ph-nya masih 6-9. Jadi logam berat tidak akan larut, tetapi justru menumpuk di situ karena sifatnya yang akumulatif," jelas Ganjar saat dihubungi Bisnis.

Syukron Salam, peneliti Yayasan Amerta Air Indonesia, berharap temuan tersebut dapat segera ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait. "Pemerintah Kota Semarang perlu melakukan audit lingkungan di kawasan Teluk Semarang itu," ucapnya.

Lebih lanjut, pelaku industri juga didorong untuk memperhatikan aspek pengelolaan limbahnya. Syukron berharap, tidak ada lagi industri yang membuang limbah cairnya ke wilayah Teluk Semarang. "Bagaimana caranya mengolah limbah dan tidak mencemari perairan. Mereka harus punya instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sendiri agar tidak mencemari," tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper