Bisnis.com, SEMARANG - Indeks Harga Konsumen (IHK) di DI Yogyakarta pada Mei 2025 berada di angka minus atau mengalami deflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada periode tersebut DI Yogyakarta mengalami deflasi sebesar 0,15% (month-to-month/mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 2,04% (year-on-year/yoy).
"Dengan demikian, inflasi DI Yogyakarta secara tahun kalender tercatat sebesar 1,56% (year-to-date/ytd)," jelas Sri Darmadi Sudibyo, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DI Yogyakarta pada Selasa (3/6/2025).
Deflasi secara bulanan terjadi baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Di Kota Yogyakarta, deflasi terjadi di angka 0,16% (mtm) sementara di Kabupaten Gunungkidul deflasi tercatat sedikit lebih rendah di angka 0,14% (mtm).
Turunnya IHK di wilayah DI Yogyakarta utamanya disebabkan oleh melimpahnya stok komoditas hortikultura.
Ada tiga komoditas yang menyumbang deflasi terbesar, yaitu cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah. Masing-masing komoditas tersebut memberikan andil deflasi bulanan sebesar 0,12% (mtm), 0,07% (mtm), dan 0,06% (mtm).
"Penurunan harga cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah salah satunya disebabkan oleh terjaganya pasokan di daerah produsen seperti Muntilan dan Wates. Termasuk daerah sentra produksi di luar Pulau Jawa seperti Sulawesi. Sementara, permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha cenderung normal,
" jelas Sudibyo dalam siaran pers.
Di sisi lain, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, khususnya pada komoditas emas perhiasan.
Naiknya harga emas perhiasan dengan andil 0,03% (mtm) salah satunya dipengaruhi oleh dinamika harga emas di tingkat global. Kondisi tersebut berdampak pada tingginya permintaan konsumen untuk komoditas emas sebagai aset safe-haven.
BI memproyeksikan tingkat inflasi DI Yogyakarta pada akhir tahun ini masih berada di target sasaran inflasi sebesar 2,5±1%. Proyeksi itu sejalan dengan Laporan Perekonomian Daerah yang dikeluarkan KPw BI DI Yogyakarta pada Februari 2025 lalu.
Dalam dokumen tersebut, KPw BI DI Yogyakarta menyebut proyeksi inflasi didukung oleh kondisi cuaca pada tahun 2025 yang relatif kondusif dibandingkan periode sebelumnya.
Kondisi tersebut mendukung produksi komoditas pangan sehingga stabilitas harga pangan di tingkat konsumen ikut terjaga.
Baca Juga
Di sisi lain, masih ada potensi risiko yang perlu diwaspadai seperti tekanan global maupun domestik yang dikhawatirkan akan memengaruhi ekspektasi konsumen, juga berlanjutnya kenaikan harga emas di tingkat global akibat ketidakpastian.