Bisnis.com, SEMARANG - Pemberdayaan ekonomi pesantren terus digalakkan di Jawa Tengah maupun di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Langkah tersebut dijalankan dengan semangat kolaboratif yang melibatkan unsur pemerintah daerah, Bank Indonesia, serta jaringan lembaga keuangan syariah.
Di Jawa Tengah, Pemerintah Kota Semarang memberikan dukungan penuh atas inisiatif yang dilakukan Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba'alawi.
Pesantren itu nantinya bakal dikembangkan sebagai pusat kejuruan pertanian berbasis ekologi berkelanjutan. Iswar Aminuddin, Wakil Wali Kota Semarang, menyebut upaya tersebut sejalan dengan agenda ketahanan pangan yang tengah dicanangkan pemerintah.
"Sudah saatnya pondok pesantren tidak hanya bicara tentang ilmu agama dan relasi sosial, tapi juga mulai menaruh perhatian pada isu-isu besar seperti lingkungan hidup, ekologi, dan ketahanan pangan," ujar Iswar saat mengunjungi Pondok Pesantren Sunan Gunung Jati Ba'alawi pada Senin (9/6/2025) kemarin.
Untuk mendukung inisiatif itu, Pemerintah Kota Semarang telah menyiapkan fasilitas Urban Farming Corner dan program pertanian modern bagi sekitar 400 orang santri. Program tersebut menjadi bagian dari ekosistem pendidikan dan produksi yang mengintegrasikan pertanian, teknologi, dan kesadaran lingkungan.
Baca Juga
Selain itu, Iswar juga berharap agar program tersebut dapat melahirkan sumber daya manusia pertanian yang kompeten dan berdaya saing.
Pada perkembangan lainnya, di DI Yogyakarta, 35 pondok pesantren menghadiri Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (Hebitren) sebagai upaya penguatan kelembagaan ekonomi pesantren. Kegiatan tersebut digelar untuk memperkuat jejaring ekonomi pesantren, serta mendorong pengelolaan bisnis syariah yang produktif dan profesional.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) DI Yogyakarta, Sri Darmadi Sudibyo, menegaskan bahwa BI mendukung pengembangan usaha riil pesantren berbasis syariah. “BI terus mendukung kemandirian ekonomi pesantren melalui pendekatan yang holistik, tidak hanya pada sektor keuangan syariah, tetapi juga melalui pengembangan usaha riil berbasis syariah,” ujarnya.
Ketua Hebitren DIY, Khoeron Marzuki, menekankan pentingnya memperluas jejaring usaha dan meningkatkan kapasitas kelembagaan pesantren. Agenda Muskerwil juga mencakup sesi pelatihan pengelolaan wakaf produktif dan program sosial seperti “Dapur Makan Bergizi Gratis” yang menjadi wujud nyata inovasi ekonomi sosial pesantren.