Bisnis.com, SEMARANG - Pertumbuhan domestik regional bruto (PDRB) Jawa Tengah pada tahun ini diproyeksikan tak sesuai dengan ekspektasi, menyusul rontoknya sejumlah indikator perekonomian daerah itu akibat serangan virus corona atau COVID-19.
Hasil kajian yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah baru-baru ini memperkirakan skenario paling ekstrem pertumbuhan ekonomi Jateng tahun ini hanya tumbuh di kisaran 2,8%. Angka ini jauh dari proyeksi awal di kisaran 5,8%.
"Sesuai kajian kita dengan BI Jateng, kemungkinan ekstrem pertumbuhan ekonomi Jateng hanya 2.8% tahun 2020," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jateng Prasetyo Aribowo kepada Bisnis, Rabu (15/4/2020).
Prasetyo menambahkan bahwa pihaknya akan segera menggelar focus group discussion (FGD) untuk membahas kemungkinan terburuk bagi ekonomi Jawa Tengah. "Jumat [17/4/2020] kami akan menggelar tentang ini," imbuhnya.
Senada dengan Prasetyo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tak menampik bahwa keberadaan pandemi corona akan berdampak ke perekonomian Jateng. Ganjar juga menyebut pemerintah sedang membahas beberapa aspek yang kemungkinan akan mempengaruhi pencapaian pertumbuhan ekonomi Jateng pada tahun ini.
"Soal angka masih belum. [Kami] masih terus menghitung," imbuh Ganjar saat dikonfirmasi melalui pesan singkat.
Dalam catatan Bisnis, sejak Maret lalu pemerintah Provinsi Jateng telah memetakan sektor-sektor yang terdampak COVID-19. Ada 11 sektor yang diidentifikasi, beberapa sektor di antaranya yakni pariwisata, industri, investasi, & perdagangan.
Di sektor pariwisata misalnya, Pemprov Jateng mencatat penurunan jumlah wisman karena pembatalan airlines ataupun kebijakan pemerintah untuk membatasi warga asing masuk ke Indonesia.
Sementara persoalan kesulitan dalam penyediaan stok bahan baku tekstil, elektronik dan furniture serta beban biaya operasional yang cukup tinggi dalam proses produksi menjadi masalah di sektor industri.
Adapun Senin pekan lalu, Ganjar juga mengonfirmasi ada 191 perusahaan yang terdampak penyebaran covid - 19. Akibatnya sekitar 24.240 pekerjanya di PHK atau dirumahkan.