Sejumlah kelurahan dan kalurahan di DIY sudah menyiapkan selter di wilayahnya untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kelurahan Keparakan, Jogja, Harris Syarif Usman, mengatakan mulai menyiapkan selter mandiri yang ada di tiap kampung.
"Mengingat ini varian Omicron di mana pemerintah meminta warga yang terpapar dengan jenis tanpa gejala dan ringan untuk isolasi mandiri di wilayah, sehingga mau tidak mau kami harus mempersiapkan selter mandiri," kata Harris.
Meski sudah lama tidak difungsikan sebagai selter, kondisi tempatnya cukup terpelihara.
"Kemarin-kemarin sudah dipakai untuk kegiatan rapat-rapat kampung saat kasus Covid-19 sedang landai," katanya.
Baca Juga
Meski kasus terus meningkat, belum ada peningkatan signifikan penggunaan kamar di Selter Bener maupun RS.
Wakil Wali Kota Jogja, Heroe Poerwadi, mengatakan Selter Bener baru terisi 55 kamar dari total 86 kapasitas. Sebanyak 28 penghuninya warga Jogja dan sisanya pelaku perjalanan. Sementara di RS, dari 50 kamar intensif terisi 10 orang. Untuk kamar nonintensif, dari 274 kamar terisi 88 pasien.
"Selter Bener sekitar 65 persen [keterisian]. Itu belum yang tower dua. Kalau tower dua Selter Bener dioperasionalkan, mungkin akan lebih rendah lagi persentasenya. Sementara untuk BOR rumah sakit total sekitar 30 persen," kata Heroe.
Lurah Condongcatur, Depok, Sleman, Reno Candra Sangaji, mengatakan selter kalurahan sudah aktif kembali, meski belum diisi pasien Covid-19. “Kami aktifkan, tapi belum terisi,” ujarnya, Senin.
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menjelaskan sudah mengirimkan surat edaran ke setiap kalurahan untuk mengaktifkan kembali selter kalurahan untuk mengantisipasi lonjakan kasus.
Selain selter kalurahan, jika terjadi lonjakan signifikan Pemkab Sleman juga akan mengaktifkan kembali isoter yang sebelumnya sempat berhenti beroperasi karena situasi Covid-19 cenderung landai. Namun saat ini, Pemkab Sleman masih mengoptimalkan dua selter yang ada, yakni Asrama haji dan Rusunawa Gemawang.
Di Bantul, Lurah Wirokerten, Rakhmawati Wijayaningrum, menjelaskan selter yang sebelumnya dipakai kini telah kembali kepada fungsinya untuk sekolah dan belum memungkinkan digunakan kembali. Akhirnya, bangunan Puskesmas Pembantu dipakai sebagai alternatif baru lokasi selter desa.
"Sekarang ada tempat tapi baru untuk tiga tempat tidur saja. Bangunan bekas Puskesmas Pembantu. Belum maksimal," ujarnya.
Alternatif selter desa lainnya adalah salah satu rumah kosong yang tak ditempati. Dijelaskan Rakhma bangunan rumah kosong ini mampu menampung sembilan pasien Covid-19. "Sudah dibersihkan, masyarakat sudah kerja baktilah," katanya.