Bisnis.com, JAKARTA - Demo mahasiswa dan rakyat yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) di Semarang pada Senin (26/8) malam, berakhir ricuh.
Masyarakat dan aparat terlibat bentrok di depan Gedung DPRD Kota Semarang, hingga mengakibatnya 32 orang ditahan di Polrestabes Semarang.
Di tengah demo untuk mengawal PKPU Pilkada tersebut, tindakan represif dilakukan oleh pihak kepolisian dengan menembakkan gas air mata.
Gas air mata ditembakkan ke tengah-tengah demonstran untuk memecah massa. Sayangnya tindakan tersebut justru turut melukai warga sipil.
Di media sosial beredar foto dan video anak-anak yang hendak pergi mengaji ikut menjadi korban penembakan gas air mata.
Akun @aingriwehuy di media sosial X mengunggah foto yang memperlihatkan sejumlah anak-anak yang sedang berada di dalam masjid menutupi area hidung dan mulut karena terkena gas air mata.
Baca Juga
Unggahan tersebut juga memperlihatkan sejumlah mahasiswa berlindung di dalam masjid untuk menghindari tembakan dari polisi.
"Kondisi ketika anak-anak TPQ yang mau ngaji juga terkena Gas Air Mata Di Semarang. Ini berlebihan banget aparat seenaknya gunain Gas Air Mata, ini anak mau ngaji loh," tulis akun tersebut pada Senin (26/8/24).
Kemudian akun @tehrayaaa juga menuliskan bahwa gas air mata yang ditembakkan polisi sampai ke pemukiman warga.
"Aksi di semarang hari ini, gas air mata sampai ke pemukiman warga, anak-anak TPQ yang sedang ngaji kena gas air mata," tulisnya.
Kemudian akun Twitter WALHI, @wakhinasional, mengatakan bahwa para pendemo yang ditangkap tak diberi akses pendampingan hukum.
"Di Semarang, puluhan pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) Jawa Tengah #BergerakAdilidanTurunkanJokowi direpresi aparat kepolisian, ditembaki gas air mata hingga ditahan dan tidak diberi akses pendampingan hukum," tulisnya pada Selasa (27/8).
Dari informasi yang beredar, demo yang ricuh di depan Gedung DPRD Kota Semarang terus bergerak menuju Balai Kota.
Kemudian massa aksi dipukul mundur dan dibubarkan hingga di depan Mall Paragon Semarang.
Kuasa hukum Gerakan Rakyat Menggugat Jawa Tengah, Tuti Wijaya, mencatat puluhan mahasiswa dirawat di sejumlah rumah sakit akibat demonstrasi di depan kantor DPRD Kota Semarang, Senin petang.
"Ada 33 orang yang dirawat di sejumlah rumah sakit. Sebagian besar mengalami sesak nafas, ada juga yang mengalami luka di kepala," kata kuasa hukum para mahasiswa tersebut, dikutip dari Antara.
Usai aksi yang berakhir ricuh tersebut, lanjut dia, terdapat pula 6 orang mahasiswa dan 21 pelajar yang diamankan oleh polisi.
Di sisi lain, Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar menyayangkan keterlibatan oknum siswa SMK dalam demonstrasi mahasiswa di depan kantor DPRD Kota Semarang yang berakhir ricuh itu.
"Kami sayangkan mahasiswa melibatkan siswa SMK dan mereka terprovokasi," kata Irwan Anwar seperti dilansir dari Antaramews, Selasa (27/8).
Menurut dia, para siswa yang masih berseragam sekolah tersebut membawa kayu panjang dan ikut melempari polisi.
Bahkan Wakasat Intel Polrestabes Semarang ikut terluka akibat lemparan kayu tersebut.
Seperti diketahui, demo tersebut dilakukan untuk mengawal PKPU Pilkada, menolak revisi UU TNI/Polri, dan menuntut pengesahan RUU Perampasan Aset.