Bisnis.com, SEMARANG - Ngurah Wirawan, Direktur Utama Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) atau Grand Batang City, mengungkapkan rencana pengembangan kawasan industri plat merah itu dalam acara Editor Circle KITB, Minggu (15/12/2024).
"Kami punya masterplan lengkap, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) lengkap, dan kita punya semua studi kelayakan lengkap," ucapnya.
KITB memiliki 3 klaster pengembangan yang terbagi ke dalam beberapa peruntukan. Ngurah menjelaskan bahwa Klaster I seluas 3.100 Hektare (Ha) merupakan kawasan industri yang menjadi tulang punggung bisnis perusahaan. Sementara itu, untuk Klaster II, ada lahan seluas 800 Ha yang bakal dikembangkan menjadi kawasan residensial atau pemukiman. Adapun Klaster III pengembangan kawasan di KITB bakal ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan peningkatan riset di masa mendatang.
Ngurah menyebut, rencana pengembangan itu mengikuti desain dari beberapa kawasan industri besar di belahan dunia lain. Kawasan industri tak bisa berdiri sendiri dan hanya diisi oleh pabrik-pabrik. "Dia merupakan ekosistem kehidupan yang membutuhkan banyak sarana penunjang,"
KITB berusaha untuk menangkap peluang tersebut dengan mulai menjaring investor-investor baru di luar sektor manufaktur. Untuk memenuhi kebutuhan akomodasi para pekerja hingga manajer, Ngurah mengungkapkan rencana perusahaan untuk bisa menggandeng investor dari sektor perhotelan.
Ke depan, Ngurah menuturkan bahwa KITB bakal ikut mengambil peluang pariwisata dari kehadiran kawasan industri tersebut. Ekspatriat dari jajaran manajerial perusahaan bakal dibuat nyaman untuk beraktivitas di Batang. "Jadi doakan, mulai tahun depan dan 2-3 tahun mendatang akan muncul gedung hotel, apartemen, shopping mall, jajaran kafe dan resto di kawasan ini. Selain pabrik yang juga akan terus berdiri," tambahnya.
Sementara ini, KITB telah menjadi rumah bagi 28 perusahaan yang kebanyakan berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA). Adapun realisasi investasi hingga pengujung tahun 2024 dilaporkan telah mencapai Rp18,7 triliun.
Ngurah menjelaskan bahwa sesuai penugasan yang diberikan Presiden, KITB berupaya untuk menjaring peluang investasi dari program penghiliran yang dilakukan pemerintah. Namun demikian, seiring berjalannya waktu, pihaknya mulai melihat peluang investasi yang lebih luas.
"Tujuan itu tetap kami perjuangkan, tetapi setiap tahun ada beberapa jenis pabrik yang kami terima untuk bisa beroperasi di KITB. Yang penting dia bisa menciptakan lapangan kerja yang cukup, berorientasi ekspor, hijau dan tidak berpolusi, dan diharapkan bisa membantu digitalisasi ekosistem yang kita miliki," jelas Ngurah.