Bisnis.com, SEMARANG – Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), atau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang, memperlihatkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dengan beroperasinya sebuah pabrik sel surya dan dimulainya operasional pelabuhan pendukung.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, turut meninjau langsung dan meresmikan fasilitas-fasilitas tersebut pada Jumat (8/8/2025).
Luthfi secara resmi membuka seremoni operasional tahap I PT Solar Energi Generasi (SEG) Solar Manufaktur Indonesia. Perusahaan asal Amerika Serikat ini menginvestasikan sekitar US$500 juta atau setara Rp7,6-8 triliun.
Pabrik ini akan menjadi salah satu pabrik panel surya (PV) terintegrasi terbesar di Asia Tenggara, dengan kapasitas 5 GW sel surya dan 5 GW modul surya per tahun, serta menyerap lebih dari 3.000 tenaga kerja lokal.
Kehadiran PT SEG Solar Manufaktur Indonesia itu sejalan dengan upaya pemerintah daerah dalam menggalakkan energi baru terbarukan.
"Hari ini kita telah meresmikan energi terbarukan terkait dengan solar panel. Jadi solar panel ini adalah salah satu yang terbesar yang berinvestasi di Jawa Tengah," ujar Luthfi.
Baca Juga
Luthfi menyebut, fokus pada energi terbarukan akan menjadi magnet kuat untuk menarik investasi dari luar negeri.
"Jadi investasi dari luar, selalu yang ditanyakan adalah energi terbarukan," ucap dia.
Pada kesempatan yang sama, Luthfi juga meninjau kesiapan operasional Terminal Multipurpose Batang (TMB) yang dibangun untuk menunjang efisiensi bongkar muat barang di KITB.
"Maksimal Agustus ini sudah bisa beroperasi, kemarin secara fungsional sudah dicek, sudah bisa, tinggal mensinkronkan dengan tenant dan pihak Pelindo. Dalam waktu dekat bisa kita gunakan," katanya.
Pelabuhan ini akan berfungsi sebagai pelabuhan pendukung, khususnya untuk komoditas curah, dan diproyeksikan mampu memangkas biaya logistik secara signifikan.
"Untuk sementara ini kita maksimalkan terkait dengan mendukung KITB, yaitu pelabuhan curah. Misalnya pelaksanaan masuknya barang seperti pasir silika, clay, yang nanti tidak harus dari Tanjung Emas. Cukup dengan take boat dari sini, (kapal) merapat di sini. Bisa memangkas biaya yang lebih efisien untuk kegiatan ini," tutur Luthfi.
Pelindo, melalui Sub Regional Head Pelindo Jawa, Purwanto Wahyu Widodo, menyatakan bahwa terminal sudah siap secara administratif, dengan kesiapan infrastruktur darat seperti lapangan penumpukan barang, kantor operasional, dan jaringan keamanan.
Operasional terminal kini tinggal menanti kesepakatan tarif bongkar muat dengan salah satu perusahaan di KITB, KCC.
Ketersediaan infrastruktur listrik juga sudah terjamin, dengan aliran daya 82,5 kVA dari PLN telah resmi disambungkan sejak 18 Juli 2025.
Terminal ini memiliki panjang dermaga 152 meter, trestle 361 meter, causeway 800 meter, dan kedalaman mencapai minus 10,5 meter dari level air surut, berlokasi sekitar 1,5 kilometer dari daratan.
Pembangunan pelabuhan yang dimulai sejak 21 Juli 2025 ini menjadi langkah strategis untuk memperkuat ekosistem industri di KITB, yang kini semakin diperkaya dengan kehadiran perusahaan-perusahaan industri hijau.
Luthfi menambahkan, semua upaya ini dilakukan demi mendukung program pemerintah untuk mencapai kemandirian energi nasional.
"Semua kita lakukan agar ke depan Jawa Tengah memiliki energi terbarukan yang unggul dalam rangka mendukung program pemerintah, yaitu mandiri energi yang dilakukan.