Bisnis.com, SEMARANG - Beberapa indikator perekonomian Jawa Tengah (Jateng) pada awal Semester II/2025 menunjukkan catatan positif.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II/2025 berada di angka 5,28% secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Kinerja tersebut meningkat dari capaian tahun lalu, atau Kuartal II/2024, yang tumbuh 4,93% (yoy).
"Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan hasil dari kerja kolaboratif dari berbagai pihak," ucap Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, Rabu (6/8/2025).
Luthfi mengimbau pemerintah daerah dari tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota untuk terus memperkuat kerja kolaboratif demi mempertahankan kinerja positif tersebut.
Beberapa di antaranya adalah dengan menumbuhkan poros perekonomian baru berbasis pengembangan kawasan aglomerasi serta mempertahankan sekaligus memperkuat kemitraan dengan kota kembar atau Sister Province dan Sister City, China maupun Singapura.
Baca Juga
BPS Provinsi Jawa Tengah mencatat, pada Kuartal II/2025, pertumbuhan lapangan usaha pada sektor informasi dan komunikasi meningkat sebesar 9,97% (yoy), dilanjutkan jasa lainnya sebesar 9,86% (yoy), serta penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 9,42%(yoy).
Ketiganya menjadi sektor usaha dengan pertumbuhan tertinggi di Jawa Tengah. Sementara itu, sektor industri yang memberikan kontribusi terbesar pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah hanya tumbuh sebesar 4,47% (yoy).
"Banyak [sektor yang perlu ditingkatkan]. Di Jawa Tengah ini sektor industrinya paling banyak padat karya karena tenaga kerja kita kompetitif, lahan besar, dan aman. Para investor lebih banyak tertarik ke Jawa Tengah karena kondusif sekali. Tentu masih banyak yang perlu dieksplorasi lagi di wilayah kita," tutur Luthfi.
Dalam beberapa kesempatan, Ahmad Luthfi juga mengatakan bahwa sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga menjadi salah satu tumpuan ekonomi Jawa Tengah.
Tercatat ada sekitar 4,2 juta UMKM di Jawa Tengah. Oleh karena itu, ia juga mendorong seluruh stakeholder terkait termasuk pemerintah kabupaten/kota untuk menaruh perhatian lebih pada sektor UMKM agar dapat naik kelas.
Berkat Kerja-Kerja Kolaboratif, Ekonomi Jawa Tengah Tumbuh 5,28%
Kinerja positif juga terlihat dari perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau tingkat inflasi di Jawa Tengah.
Per Juli 2025, inflasi bulanan (month-to-month/mtm) Jawa Tengah berada di angka 0,18%. Lebih rendah dari tingkat inflasi pada Juni 2025 lalu sebesar 0,24% (mtm).
Kenaikan harga terjadi secara merata di seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah dengan inflasi tertinggi tercatat di Kota Tegal dengan 0,41% (mtm).
"Inflasi pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga pada kelompok pengeluaran pendidikan. Seiring dengan tahun ajaran baru 2025/2026 yang dimulai pada pertengahan Juli 2025," ucap Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah.
Adapun komponen utama penyumbang inflasi pada sektor pengeluaran tersebut berasal dari biaya sekolah, baik biaya pendaftaran ulang maupun kenaikan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).
Kenaikan harga pada kelompok pengeluaran transportasi, makanan, minuman, dan tembakau memberikan kontribusi utama pada inflasi Jawa Tengah pada Juli 2025.
Penyumbang inflasi terbesar berasal dari beberapa komoditas pangan strategis seperti beras, bawang merah, serta cabai rawit.
"Beras kembali menjadi penyumbang inflasi terbesar dalam dua bulan berturut-turut. Masa panen padi yang masih sporadis belum mampu menurunkan tekanan harga beras," tutur Rahmat.
Rahmat menjelaskan bahwa pihaknya bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus berkolaborasi untuk terus menjaga stabilitas laju inflasi di Jawa Tengah.
"Program pengendalian inflasi tersebut ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang/komoditas di Jawa Tengah sehingga inflasi dapat terjaga di rentang sasaran 2,5-1%" kata dia.