Bisnis.com, SEMARANG - Pekan Agro, Digital, dan Inovasi (PADI) Pertanian Jawa Tengah (Jateng) yang digelar pada 18-22 Juli 2025 di Agro Center Soropadanan, Kabupaten Temanggung, sukses digelar.
Sebanyak 133.444 orang tercatat mendatangi acara tersebut. Adapun nilai transaksi yang didapatkan disebut mencapai lebih dari Rp6 miliar.
"PADI 2025 hadir sebagai ajang silaturahmi, edukasi, dan pertukaran pengetahuan antarpelaku pertanian, serta sebagai wujud nyata transformasi pertanian berbasis teknologi, dan partisipasi generasi muda," kata Shofyan Adi Cahyono, Ketua Panitia PADI 2025, dikutip Kamis (24/7/2025).
Shofyan menyampaikan bahwa pada tahun ini PADI 2025 melibatkan 186 stan dari berbagai instansi, mulai dari perwakilan pemerintah daerah, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta pihak swasta. Sekitar 25 inovator daerah juga dilibatkan dalam acara itu.
PADI 2025 juga diramaikan dengan berbagai kegiatan. Seperti kompetisi inovasi, demonstrasi mekanisasi pertanian, business matching, parade budaya, hingga festival kuliner.
"Hal ini berdampak positif bagi peningkatan perekonomian warga sekitar, juga meningkatkan kesejahteraan para pelaku usaha tani," tutur Shofyan secara tertulis.
Baca Juga
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, dalam sambutannya saat membuka gelaran PADI 2025 pada Jumat (18/7/2025), menyebut bahwa acara tersebut menjadi bukti eksistensi petani milenial yang inovatif dan edukatif.
"Sejumlah inovasi yang ditunjukkan di antaranya peternakan domba modern, kelinci pedaging, hingga alat pertanian mutakhir yang mampu menekan biaya produksi, semuanya hadir dan siap pakai. Ini alat-alat luar biasa, bisa bantu petani jadi lebih efisien, murah, dan praktis. Saya harap petani muda kita makin berani tampil dan ambil peran," kata Taj Yasin Maimoen.
Taj Yasin berharap kegiatan itu dapat mengangkat pamor sektor usaha pertanian di kalangan anak muda. Terlebih di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, seperti penyempitan lahan pertanian.
"Tapi bukan berarti hasilnya makin sedikit. Justru kita dorong agar sempitnya lahan dibayar dengan teknologi dan pengetahuan. Kita butuh panen yang lebih banyak, bukan lahan yang lebih luas,” tegasnya," tegasnya.