Bisnis.com, SEMARANG - Kinerja perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2024 diperkirakan masih akan moncer.
Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Tengah, menyampaikan bahwa permintaan domestik bakal menjadi penopang utama perekonomian Jawa Tengah pada tahun ini.
"Pertumbuhan akan bersumber dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT). Pelaksanaan Pemilu dan Pilkada serentak pada 2024 mendorong kenaikan konsumsi LNPRT," jelas Rahmat pada Rabu (7/2/2024).
Dalam paparan yang digelar di Kota Semarang, Rahmat menjelaskan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Jawa Tengah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) serta Upah Minimum Provinsi (UMP) di tahun 2024.
"Serta stimulus fiskal dan makroprudensial yang masih berlanjut," tambahnya.
Sementara itu, Rahmat memperkirakan kinerja investasi dari sektor konstruksi bakal mengalami peningkatan. Indikasinya terlihat dari percepatan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditargetkan rampung pada tahun 2024.
Baca Juga
"Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jawa Tengah yang berkesinambungan, diperlukan langkah-langkah yang lebih strategis dan sinergi kebijakan antara pemerintah daerah dan BI, serta keterlibatan pelaku usaha dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif," jelas Rahmat.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa perekonomian Jawa Tengah pada kuartal IV/2023 mengalami pertumbuhan 4,73%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan andil 3,32% dan tumbuh 5,65% secara year-on-year (yoy).
Adapun dari sisi lapangan usahanya, sektor manufaktur dilaporkan tumbuh hingga 4,22% (yoy) dan masih dalam fase ekspansif. Sejalan dengan hal tersebut, sektor perdagangan juga masih tumbuh 3,47% (yoy) pada Kuartal IV/2023.
"Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada Kuartal IV/2023 tertahan oleh penurunan kinerja sektor pertanian dari 1,81% (yoy) para kuartal III/2023 menjadi minus 4,63% (yoy). Hal ini terjadi seiring dengan penurunan produksi padi pada triwulan laporan sebesar 11,05% (yoy) yang masih belum memasuki periode panen. Selain itu, penurunan kinerja pertanian juga dipengaruhi oleh El Nino yang berdampak pada penurunan luas tanam padi sebesar 40,54% (yoy)," jelas Rahmat.