Bisnis.com, JAKARTA — Sebagai bagian dari strategi memperkuat sumber pendapatan berkelanjutan, PT Saraswanti Indoland Development Tbk (SWID) mengebut penyelesaian pembangunan hotel The Royal Alana Yogyakarta yang akan beroperasi pada kuartal I/2026.
Direktur Utama PT Saraswanti Indoland Development Tbk Bogat Agus Riyono mengatakan pembangunan hotel ini menjadi langkah strategis perusahaan dalam menggenjot recurring income (pendapatan berulang), seiring prospek cerah sektor pariwisata dan meningkatnya kebutuhan akomodasi premium di Yogyakarta dan sekitarnya.
"Proyek ini dirancang sebagai elemen strategis dalam mendorong peningkatan pendapatan berulang
yang akan memberikan kontribusi stabil dan jangka panjang terhadap arus kas. Kami optimistis kehadiran hotel akan memperkuat struktur keuangan sekaligus memperluas portofolio aset produktif," ujarnya dilansir Antara, Selasa (5/8/2025).
Dia menuturkan pembangunan hotel bintang lima dengan 219 kamar ini merupakan respon strategis terhadap tingginya tingkat pemanfaatan Mataram City International Convention Center (MICC). Adapun MICC merupakan gedung pertemuan milik SWID yang hingga kini masih dinobatkan sebagai pusat konvensi terbesar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan kapasitas ballroom yang mampu menampung hingga 2.500 tamu.
"Reputasi MICC sebagai destinasi utama untuk penyelenggaraan acara berskala nasional dan internasional terus terjaga, dengan
jadwal kegiatan yang padat hampir sepanjang tahun.
Namun demikian, keterbatasan kapasitas akomodasi menjadi tantangan tersendiri. The Alana Yogyakarta Hotel and Convention Center hotel bintang empat yang saat ini beroperasi di kawasan Mataram City hanya memiliki 264 kamar sehingga belum mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan penginapan bagi peserta dan penyelenggara acara.
Baca Juga
"Akibatnya, sebagian besar tamu harus dialihkan ke hotel-hotel lain," katanya.
Kehadiran hotel ini diharapkan tidak hanya menambah kapasitas akomodasi secara signifikan tetapi juga mendorong peningkatan pendapatan Perseroan secara berkelanjutan melalui optimalisasi sinergi antara sektor perhotelan dan pusat konvensi.
Dia meyakini penambahan pasokan kamar hotel di Yogyakarta ini akan memberikan solusi yang komprehensif atas permintaan pasar yang terus tumbuh.
“Kami melihat adanya mismatch antara potensi pasar yang kami miliki dengan kapasitas akomodasi yang tersedia. Ini tidak hanya menjawab kebutuhan tersebut, tetapi juga menciptakan peluang baru untuk memperkuat kontribusi segmen perhotelan terhadap kinerja keuangan perseroan. Proyek ini diharapkan menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan berkelanjutan,” ucapnya.
Adapun sepanjang paruh pertama 2025, perusahaan meraup pendapatan usaha sebesar Rp 77,95 miliar, naik 33,7% secara tahunan (Year-on-Year/YoY) dari Rp58,3 miliar pada semester I tahun 2024. Pendapatan penjualan properti SWID melesat menjadi Rp34,7 miliar, dari hanya Rp2,4 miliar pada semester I/2024, sedangkan pendapatan recurring income mencapai Rp43,19 miliar.